Rupiah Menguat di Tengah Meredanya Kekhawatiran “Bubble AI” di AS

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyampaikan bahwa rupiah berpeluang menguat seiring meredanya kekhawatiran mengenai bubble Artificial Intelligence (AI) atau potensi gelembung spekulatif di pasar saham AS.

“Rupiah kemungkinan menguat terhadap dolar AS didukung oleh perbaikan sentimen pasar terkait kekhawatiran bubble AI,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan bahwa banyak saham perusahaan mengalami kenaikan harga dan lonjakan valuasi yang besar akibat tingginya minat investor terhadap sektor AI. Bahkan, beberapa di antaranya merupakan startup yang masih mencatatkan kerugian tetapi memiliki valuasi yang sangat tinggi.

Kenaikan serupa juga terjadi pada saham–saham non-teknologi, yang mengindikasikan adanya kepercayaan pasar yang berlebihan di bursa.

Saat ini, menurutnya, pasar saham sudah melewati fase koreksi cukup dalam. Namun investor masih menimbang apakah koreksi lanjutan akan terjadi atau pasar kembali melanjutkan tren penguatan.

“Jika bubble pecah, dampaknya dapat menimbulkan sentimen risk off besar yang menjalar ke seluruh dunia, membuat investor menghindari aset dan mata uang berisiko,” kata Lukman.
“Namun untuk saat ini sentimennya risk on. Bursa AS ditutup menguat dan pasar Asia secara umum juga bergerak positif,” lanjutnya.

Selain itu, terdapat tekanan negatif dari merosotnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), yang turut membatasi ruang penguatan rupiah.

“Peluang pemangkasan suku bunga Desember sebelumnya hampir mencapai 100 persen, kemudian sempat turun di bawah 50 persen, dan kini berada di kisaran 60 persen,” jelas Analis Doo Financial Futures tersebut.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, nilai tukar rupiah diproyeksikan bergerak dalam rentang Rp16.660 hingga Rp16.750 per dolar AS.

Jika ingin versi lebih ringkas atau lebih formal, saya bisa buatkan!