sekilas.co – Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menilai bahwa nilai tukar rupiah memiliki peluang untuk menguat seiring meningkatnya arus dana asing yang masuk ke pasar saham domestik.
“Investor asing membukukan aksi beli bersih sebesar 27,31 juta dolar AS pada Selasa (2/12),” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Sementara itu, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) Rupiah tercatat bergerak variatif pada perdagangan Selasa (2/12).
Yield SBN acuan tenor 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing-masing berada di level 5,76 persen (-6 bps), 6,30 persen (+2 bps), 6,47 persen (+1 bps), dan 6,56 persen (0 bps).
Volume transaksi obligasi pemerintah tercatat mencapai Rp33,80 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan volume perdagangan pada Senin (1/12) yang sebesar Rp17,12 triliun.
Kepemilikan investor asing pada SBN tercatat turun Rp590 miliar menjadi Rp872 triliun per 1 Desember 2025, atau setara 13,35 persen dari total outstanding.
Pada lelang Surat Utang Negara (SUN) Selasa (2/12), Kementerian Keuangan berhasil mengumpulkan dana Rp25 triliun dari total penawaran masuk sebesar Rp69,64 triliun, melampaui target indikatif Rp23 triliun.
Dari sisi sentimen global, belum ada rilis data ekonomi utama Amerika Serikat, dan The Fed kini memasuki masa blackout di mana para pejabatnya tidak memberikan pernyataan menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan.
“Investor tetap berhati-hati menanti arah kebijakan The Fed menjelang FOMC minggu depan, meskipun ekspektasi penurunan suku bunga cukup kuat. Probabilitas penurunan suku bunga pada Desember 2025 mencapai sekitar 89 persen pagi ini,” kata Josua.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.575–Rp16.675 per dolar AS pada hari ini.
Pada pembukaan perdagangan Rabu di Jakarta, nilai tukar rupiah bergerak stabil di posisi Rp16.625 per dolar AS, sama seperti penutupan perdagangan sebelumnya.





