Sekilas.co – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya literasi keuangan agar masyarakat bisa mengelola finansial secara bijak, tangguh, dan juga berkelanjutan. Di sisi lain, masyarakat bisa terhindar dari praktik kecurangan atau scam. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, mengingatkan masyarakat terkait pentingnya literasi keuangan agar dapat mengelola keuangan secara bijak, tangguh, dan berkelanjutan.
“OJK berharap semakin banyak generasi muda yang mampu merencanakan masa depan finansialnya dengan lebih baik, sehingga tidak lagi trial and error, tetapi penuh kendali dan arah yang jelas menuju masa depan yang sejahtera,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (15/11/2025).
Hal itu disampaikan Friderica saat menjadi pembicara kunci di event Financial Healing yang diselenggarakan oleh Katadata, Jumat (14/11/2025).
Friderica mengungkapkan, ada banyak tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Saat ini masih banyak masyarakat yang terkena scam, yaitu segala bentuk penipuan yang bertujuan memperoleh keuntungan secara tidak jujur dari korban, seperti uang, data pribadi, atau barang. Berdasarkan data Indonesia Anti-Scam Center per November 2025, kerugian masyarakat yang dilaporkan mencapai Rp7,3 triliun dengan lebih dari 323.000 laporan.
“Kalau kita melihat perbandingan dengan negara–negara lain di Anti-Scam Center, mereka satu hari bisa menerima 150–200 laporan. Di kita, sehari bisa terima 800–1.000 laporan masyarakat yang terkena scam,” kata Friderica.
Ia menambahkan, kasus scam ini sangat mengerikan, menyedihkan, dan memprihatinkan. Ada sejumlah modus yang dilakukan, antara lain penipuan transaksi belanja yang jumlahnya lebih dari 58.000 laporan dengan kerugian lebih dari Rp1 triliun.
“Modus lain yaitu fake call, ini juga banyak menimpa masyarakat. Mereka berpura-pura menjadi teman atau saudara, berpura-pura mengalami kecelakaan, kemudian meminta uang. Tidak memberi kesempatan kepada korban untuk berpikir rasional karena panik, sehingga langsung mentransfer sejumlah uang,” jelasnya.
“Yang ketiga adalah penipuan investasi. Anak muda sekarang hype dengan investasi, tapi alih-alih berinvestasi, mereka malah masuk ke investasi bodong,” lanjutnya.
Dengan berbagai tantangan tersebut, OJK menegaskan bahwa hal ini masih menjadi pekerjaan rumah besar. OJK memiliki tugas melindungi masyarakat dari berbagai ancaman seperti scam. Namun, masyarakat juga harus semakin waspada dan mampu membentengi diri agar tidak terjebak dalam scam atau investasi bodong.
OJK terus berupaya menghadirkan inovasi dan strategi edukasi keuangan yang efektif dan berkelanjutan bersama seluruh stakeholder, salah satunya melalui program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan. Program ini merupakan gerakan nasional yang melibatkan seluruh pelaku jasa keuangan.
Berdasarkan data per Oktober tahun ini, melalui program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan, sudah dilaksanakan 42.121 program edukasi dan literasi yang menjangkau lebih dari 200 juta peserta atau viewers di seluruh Indonesia.





