Bank Jago Pertahankan Efisiensi Operasional Cost to Income Ratio Turun

foto/istimewa

sekilas.co – PT Bank Jago Tbk meningkatkan efisiensi operasional pada kuartal III-2025, salah satunya tercermin dari penurunan rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) menjadi 59 persen dari 74 persen.

Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung, mengatakan perseroan menjaga pertumbuhan bisnis dengan mengelola efektivitas biaya operasional.

Baca juga:

“Indikatornya adalah Cost to Income Ratio yang membaik dari sekitar 74 persen menjadi 59 persen. Semakin rendah, artinya operasi semakin efisien. Saya percaya ke depan akan terus menurun,” kata Arief dalam diskusi dengan media di Surabaya, Sabtu.

Pada kuartal III-2025, laba bersih Bank Jago meningkat 132 persen menjadi Rp199 miliar dibanding Rp86 miliar pada periode yang sama tahun 2024.

Arief menuturkan, pertumbuhan bisnis tersebut dicapai bukan melalui ekspansi besar-besaran, melainkan dengan efisiensi dan penerapan strategi prioritas yang lebih tajam.

“Kami percaya pertumbuhan bisnis harus diiringi dengan peningkatan kompetensi dan produktivitas,” ujar dia.

Bank Jago juga memaksimalkan pemanfaatan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), untuk memperkuat sistem operasional dan mendukung kinerja karyawan.

“Tim HR dan bisnis kami memastikan kapasitas SDM meningkat setiap tahun agar hasil kerja bisa lebih optimal,” katanya.

Nasabah aktif Bank Jago kini mencapai sekitar 19 juta, dengan volume transaksi menggunakan kode respons cepat (QRIS) tumbuh tiga hingga empat kali lipat dibanding tahun lalu. Menurut Arief, data tersebut menandakan intensitas penggunaan aplikasi Jago yang semakin tinggi di kalangan nasabah.

“Volume transaksi QRIS meningkat 3–4 kali lipat dibanding tahun lalu, jauh lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah nasabah. Artinya, nasabah semakin engaged dan menjadikan Jago bagian dari aktivitas keuangan harian mereka,” kata Arief.

Dari sisi kualitas aset, Arief menyebut rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) Bank Jago tercatat salah satu yang terendah di industri perbankan, yakni 0,4 persen.

“Peningkatan bisnis terjadi karena kami mampu menumbuhkan usaha dengan sehat sekaligus menjaga kualitas kredit. Rasio NPL kami saat ini hanya sekitar 0,4 persen,” ujarnya.

Menurut Arief, efisiensi operasional akan terus dijalankan bersamaan dengan kolaborasi strategis dan pengembangan produk yang berfokus pada nilai tambah.

Ke depan, Bank Jago menyiapkan sejumlah inisiatif baru, termasuk Jago Dana Siaga, produk pinjaman untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan tak terduga dari nasabah.

“Kolaborasi bukan hanya untuk memperluas bisnis, tapi juga memberi nilai tambah bagi nasabah melalui ekosistem partner. Dengan sinergi yang lebih dalam, kami bisa menciptakan produk yang unik dan relevan,” kata dia.

Pertumbuhan total aset Bank Jago mencapai 28 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2025 menjadi Rp34,5 triliun, naik dari posisi September 2024 sebesar Rp26,8 triliun.

Pertumbuhan aset didorong penyaluran kredit sebesar Rp23,5 triliun hingga akhir September 2025, meningkat 36 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp17,3 triliun.

Sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp23,9 triliun hingga akhir September 2025, naik 41 persen dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp17 triliun.

Artikel Terkait