Pasar Saham Indonesia Menguat, Investor Cermati Data Peredaran Uang Domestik

foto/istimewa

Sekilas.co – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa (23/9/2025) tercatat bergerak menguat, seiring dengan sikap hati-hati para pelaku pasar yang mencermati rilis data uang beredar (M2 Money Supply) periode Agustus 2025 yang akan diumumkan Bank Indonesia (BI) pada hari ini.

IHSG dibuka naik 26,26 poin atau 0,33 persen ke posisi 8.066,30, sementara indeks saham unggulan LQ45 juga mengalami penguatan sebesar 1,40 poin atau 0,17 persen ke level 805,29. Kondisi ini menunjukkan adanya optimisme investor, meski pergerakan pasar masih cenderung terbatas.

Baca juga:

Kepala Riset Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, dalam kajiannya di Jakarta pada Selasa, menilai IHSG kemungkinan besar akan bergerak dalam pola mendatar (sideways) pada kisaran 8.000–8.100. “Diperkirakan IHSG masih akan bergerak sideways pada kisaran 8.000–8.100,” jelasnya.

Dari dalam negeri, perhatian utama investor tertuju pada perkembangan likuiditas perekonomian. Bank Indonesia dijadwalkan merilis data uang beredar luas (M2 Money Supply) bulan Agustus 2025 pada hari ini. Sebelumnya, pada Juli 2025, BI mencatat M2 mencapai Rp9.569,7 triliun, atau tumbuh 6,5 persen secara tahunan (year on year/yoy). Perkembangan M2 ini menjadi indikator penting karena mencerminkan dinamika likuiditas yang dapat berpengaruh langsung pada pertumbuhan kredit, konsumsi, dan daya beli masyarakat.

Selain itu, Kementerian Keuangan juga baru saja merilis data realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Agustus 2025. Tercatat belanja negara telah mencapai Rp1.960,3 triliun atau setara 55,6 persen dari outlook, sementara pendapatan negara berada di posisi Rp1.638,7 triliun atau 57,2 persen dari outlook. Dengan capaian tersebut, APBN mencatat defisit sebesar Rp321,6 triliun, atau sekitar 1,35 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun demikian, keseimbangan primer masih berhasil mencatatkan surplus Rp22 triliun, menandakan adanya ruang fiskal yang relatif terjaga.

Dari kawasan regional Asia, perhatian pasar tertuju pada kebijakan moneter Tiongkok. Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) pada Senin (22/9) kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pinjaman 1 tahun di level 3 persen dan suku bunga pinjaman 5 tahun di level 3,5 persen. Keputusan tersebut menandai sikap konsisten bank sentral Tiongkok dalam menjaga stabilitas moneter, setelah empat bulan berturut-turut mempertahankan tingkat suku bunga yang sama.

Sementara itu, dari kawasan Eropa, data ekonomi Jerman juga menjadi sorotan investor global. Negara dengan perekonomian terbesar di zona euro tersebut dijadwalkan merilis HCOB Manufacturing PMI Flash untuk bulan September 2025. Indikator yang mengukur aktivitas manufaktur itu diperkirakan mengalami perbaikan ke level 50, naik dari posisi 49,8 pada Agustus 2025. Jika terealisasi, data ini akan menunjukkan adanya tanda-tanda ekspansi di sektor manufaktur Jerman, yang sebelumnya mengalami tekanan akibat pelemahan permintaan global.

Dengan kombinasi faktor domestik dan global tersebut, pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan masih akan dibayangi oleh sikap wait and see pelaku pasar, khususnya terkait data uang beredar dan arah kebijakan fiskal Indonesia, serta dinamika ekonomi global yang dapat memengaruhi sentimen investasi.

Artikel Terkait