sekilas.co – Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, mengatakan bahwa nilai tukar (kurs) rupiah akan diperdagangkan dalam kisaran Rp16.575–Rp16.700 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Meskipun pasar sebagian besar telah mengantisipasi penurunan suku bunga acuan FOMC (Federal Open Market Committee) pada Oktober 2025, investor kini berfokus pada arahan mengenai potensi arah suku bunga kebijakan ke depannya,” ujar Josua kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Dalam rapat FOMC tersebut, The Fed memangkas Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran target 3,75–4 persen dari sebelumnya 4–4,25 persen.
Keputusan itu menghasilkan dua dissenting opinion (pendapat berbeda). Yang pertama, Gubernur Stephen Miran mendukung penurunan yang lebih besar sebesar 50 bps, konsisten dengan keputusan FOMC sebelumnya.
Adapun Presiden The Fed Kansas City, Jeff Schmid, lebih memilih untuk mempertahankan suku bunga agar tidak berubah.
Dalam pidato pascarapat, Ketua The Fed, Jerome Powell, mencatat bahwa pemotongan suku bunga pada Desember 2025 bukan merupakan kepastian. Pernyataan tersebut menunjukkan sikap kehati-hatian di tengah munculnya tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja Amerika Serikat.
Powell juga menekankan bahwa tingkat inflasi di AS masih tergolong tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tetap berada pada level moderat.
“Meskipun nadanya hati-hati, Powell mengonfirmasi bahwa The Fed akan mengakhiri program quantitative tightening-nya pada Desember 2025,” ucap Josua.
Mengacu pada komentar Powell tersebut, investor menilai masih ada ekspektasi terhadap kemungkinan pelonggaran kebijakan lebih lanjut. “Menurut perangkat FedWatch, probabilitas penurunan suku bunga lagi pada Desember 2025 menurun menjadi sekitar 65 persen dari sebelumnya sekitar 80 persen sebelum pertemuan,” katanya.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Kamis di Jakarta tercatat menguat 7 poin atau 0,04 persen menjadi Rp16.610 per dolar Amerika Serikat (AS) dari posisi sebelumnya Rp16.617 per dolar AS.
