Laba BNI BBNI Tembus Rp15,23 Triliun pada Kuartal III/2025, Naik di Tengah Perlambatan Ekonomi

foto/istimewa

Sekilas.co – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatat kinerja solid sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Secara konsolidasi, bank pelat merah ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp15,23 triliun per kuartal III/2025. Meskipun angka tersebut sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp16,42 triliun, BNI tetap menunjukkan fundamental yang kuat di tengah kondisi ekonomi yang menantang.

Dalam laporan keuangan yang dirilis, BNI membukukan pendapatan bunga senilai Rp51,16 triliun hingga akhir September 2025, tumbuh 4,77% secara tahunan (YoY) dibandingkan Rp48,83 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Setelah dikurangi beban bunga sebesar Rp21,91 triliun, pendapatan bunga bersih (net interest income) tercatat mencapai Rp29,25 triliun.

Baca juga:

Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan menegaskan bahwa strategi penguatan kualitas portofolio dan efisiensi pendanaan yang disiplin membuat BNI tetap tangguh menghadapi volatilitas ekonomi. “Keberhasilan ini menjadi bukti kemampuan BNI untuk terus adaptif di tengah tantangan, sambil menjaga keseimbangan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (24/10/2025).

Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (CAR) BNI berada di level kuat 21,1%, dengan Tier-1 Capital yang tetap solid. Likuiditas pun terjaga dengan baik, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 86,9%, Liquidity Coverage Ratio (LCR) mencapai 167,4%, serta Net Stable Funding Ratio (NSFR) di angka 142,1%.

Kualitas aset juga terpantau sehat. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross berada di kisaran 2,0%, sementara Loan at Risk (LAR) membaik ke level 10,4%. Hingga akhir September 2025, penyaluran kredit BNI tumbuh 10,5% YoY menjadi Rp812,2 triliun, dengan pertumbuhan merata di seluruh segmen bisnis.

Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menjelaskan bahwa strategi pembiayaan yang berimbang berhasil menjaga kualitas aset sekaligus mendorong ekspansi kredit yang sehat. “Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang di semua segmen, korporasi, menengah, maupun UMKM, yang mencerminkan efektivitas strategi kami dalam memperkuat sektor produktif,” katanya.

Secara rinci, kredit korporasi meningkat 12,4% YoY menjadi Rp450,7 triliun, didorong oleh pembiayaan ke korporasi swasta, BUMN, dan institusi. Kredit segmen menengah naik 14,3% YoY, sementara kredit UMKM non-KUR tumbuh 13,9% YoY menjadi Rp46,3 triliun. Pada saat yang sama, segmen konsumer juga mencatatkan kinerja positif dengan pertumbuhan 9,6% YoY menjadi Rp150,2 triliun, terutama dari produk KPR, personal loan, dan kartu kredit.

Sinergi dengan anak perusahaan turut memperkuat ekosistem bisnis BNI, dengan pertumbuhan kredit usaha di level grup naik 15,3% YoY menjadi Rp17,4 triliun. Untuk menjaga ketahanan keuangan, BNI memperkuat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang kini mencapai Rp34,7 triliun, dengan rasio cakupan NPL (coverage ratio) sebesar 222,7%.

Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh signifikan 21,4% YoY menjadi Rp934,3 triliun, didorong oleh peningkatan Current Account Saving Account (CASA) sebesar 13,3% YoY menjadi Rp613,4 triliun.

Pertumbuhan CASA yang sehat juga tak lepas dari agresifnya strategi digital transaction banking. Fee-based income naik 11% YoY dan kini menyumbang 30% dari total pendapatan berbasis komisi BNI.

Aplikasi wondr by BNI menjadi salah satu pendorong utama transformasi digital, mencatat lonjakan pengguna dari 2,8 juta (September 2024) menjadi 10,5 juta (September 2025). Nilai transaksi yang dihasilkan mencapai Rp783 triliun, dengan total 866 juta transaksi. Sementara itu, kanal BNIdirect untuk segmen korporasi juga menunjukkan performa impresif, dengan nilai transaksi Rp8.080 triliun, tumbuh 26,7% YoY, serta volume transaksi meningkat 14,8% menjadi 1,06 miliar.

Direktur Treasury & International Banking Abu Santosa Sudradjat menuturkan bahwa digitalisasi perbankan telah menjadi mesin pertumbuhan baru bagi BNI. “Strategi digital transaction banking yang agresif mendorong pertumbuhan CASA yang lebih sustain dan fee income yang konsisten. Ini menjadi fondasi pemulihan biaya dana yang lebih sehat dan berkelanjutan,” katanya.

Artikel Terkait