Sekilas.co – Industri furnitur dan permesinan kayu Indonesia menyimpan potensi besar berkat kekuatan bahan baku, tenaga kerja, serta pasar domestik yang luas.
Namun, segmen ini masih menghadapi kelemahan dalam modernisasi teknologi, inovasi desain, dan daya saing global. Jika tantangan tersebut dijawab dengan investasi, inovasi, dan jejaring internasional, Indonesia berpeluang melampaui pesaing regional dan menjadi pusat industri kayu berkelanjutan di Asia.
Kini saat yang tepat untuk menciptakan titik balik dalam penguatan industri furnitur dan mesin kayu, terutama di tengah dinamika global yang bergerak cepat dengan tren keberlanjutan, eksplorasi material baru, serta efisiensi teknologi produksi. Tantangan tersebut tidak bisa lagi disikapi dengan cara lama, melainkan melalui keterbukaan terhadap pengetahuan global dan kemitraan lintas negara.
Salah satu momentum penting hadir saat Jakarta menjadi tuan rumah Interzum Jakarta, International Hardware Fair Indonesia, bersama IFMAC & WOODMAC pada 24–27 September 2025 di JIExpo Kemayoran. Pameran ini mempertemukan sektor furnitur, desain interior, perangkat keras, hingga mesin kayu, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai titik temu penting pelaku industri.
Dengan area pameran lebih dari 17 ribu meter persegi, partisipasi 380 peserta dari berbagai negara, serta proyeksi 15 ribu pengunjung bisnis kawasan Asia Pasifik, acara ini menggambarkan keterhubungan pasar Indonesia dengan arus global. Angka tersebut bukan sekadar ukuran besar acara, tetapi juga skala peluang yang terbuka bagi industri nasional.
Menurut Mathias Kuepper, Managing Director & Vice President Asia Pacific Koelnmesse Pte Ltd., platform internasional semacam ini tidak hanya menjadi ruang transaksi, tetapi juga fondasi jangka panjang bagi pertumbuhan dan inovasi.
Indonesia pun menempati posisi strategis, bukan lagi sekadar konsumen tren global, melainkan bagian dari percakapan industri dunia. Potensi bahan baku yang melimpah dan kreativitas desain yang tumbuh dapat dimanfaatkan untuk mempercepat transformasi. Kehadiran asosiasi internasional seperti American Hardwood Export Council membawa perspektif baru terkait kayu keras berkelanjutan, sementara perusahaan seperti JOKARI GmbH & Co. KG menampilkan inovasi alat tangan yang meningkatkan efisiensi dan keselamatan kerja.
Dari forum semacam ini, produsen lokal dapat membandingkan, belajar, hingga mengadaptasi teknologi sesuai dengan kebutuhan nasional. Program pendukung, mulai dari diskusi tentang material sirkular, ruang hidup adaptif, hingga eksplorasi material alternatif, menegaskan bahwa industri kini bergerak multidimensi: desain, teknologi, dan keberlanjutan. Layanan business matching antar pelaku usaha lintas negara pun memperlihatkan pentingnya jejaring sebagai aset utama di era ini.
Dukungan pemerintah serta berbagai asosiasi industri memperkuat agenda bersama untuk meningkatkan daya saing furnitur dan permesinan kayu. Dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, hingga asosiasi desainer dan industri mesin, semua melihat ajang ini sebagai strategi untuk membawa industri nasional naik kelas.





